TOPIK : KAYU
3.1.
Pengertian Kayu
Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam,
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat sekaligus yang tidak dapat
ditiru oleh bahan lain. Pengertian kayu disini adalah sesuatu bahan, yang
diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian
dari pohon tersebut. Setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih
banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu
pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.
Kayu adalah bahan konstruksi yang telah lama dikenal
sejalan dengan sejarah manusia dibumi. Sebagai bahan konstruksi pertama yang
dikenal dan digunakan untuk konstruksi penggunaan kayu telah dimulai dari pasak
sampai elemen-elemen dari struktur.
3.2.
Bagian-Bagian Pohon
Bagian-bagian terpenting pada pohon adalah :
a. Akar
b. Batang
c. Cabang
e. Daun
Penjelasan
adalah sebagai berikut :
1. Akar
Terletak pada bagian bawah batang, umumnya berhubungan
dengan tanah, ada 2 sistem perakaran yaitu :
- Akar
serabut
- Akar
tunggang
Akar berfungsi untuk menegakan tanaman pada tempat
tumbuhnya dan menyalurkan atau menghisap air, zat hara dan garam serta
mineral-mineral dari dalam tanah ke daun melewati kulit kayu.
2. Kambium
Merupakan jaringan yang lapisannya tipis, melingkari kayu
kearah luar membentuk kulit baru menggantikan lama yang telah rusak dan kearah
dalam membentuk kayu baru. Kambium terletak antara kulit dalam dan kayu gubal.
3. Kayu
gubal
Bagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang
masih hidup, terletak disebelah dalam kambium dan berfungsi sebagai penyalur
cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan. Tebal lapisan kayu gubal
bervariasi menurut jenis pohon. Umumnya jenis yang tumbuh cepat mempunyai
lapisan kayu gubal lebih tebal dibandingkan dengan kayu terasnya, dan biasanya
kayu gubal mempunyai warna terang.
4. Kayu
teras
Terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-perubahan
sel hidup pada lingkaran kayu gubal bagian dalam disebabkan terhentinya fungsi
sebagian penyalur cairan dan lain-lain proses kehidupan. Ruang dalam kayu teras
dapat mengandung berbagai macam zat yang memberi warna lebih gelap. Pada beberapa
jenis tertentu kayu teras banyak mengandung bahan-bahan ekstraktif., yang
memberi keawetan kepada kayu tersebut membuat lebih berat dan lebih awet, akan
tetapi untuk semua jenis kayu yang memiliki zat ekstraktif sudah dapat
dipastikan keawetannya.
5. Hati
Hati merupakan bagian kayu yang terletak pada pusat
lingkaran tahun. Hati berasal dari kayu awal, yaitu bagian kayu yang pertama
kali dibentuk oleh kambium, oleh karena itu umumnya mempunyai sifat lunak.
6. Lingkaran
tahun
Batas antara kayu yang terbentuk pada permulaan dan pada
akhirnya suatu musim, dan melalui lingkaran-lingkaran ini dapat diketahui umur
pohon.
7. Jari-jari
Dari luar kedalaman berpusat pada sumbu batang, berfungsi
sebagai tempat saluran bahan makanan yang mudah diproses didaun guna
pertumbuhan pohon.
3.2.
Jenis-Jenis Kayu
jenis-jenis kayu dibedakan berdasarkan jenis-jenis pohon,
dan jenis pohon dapat dibedakan atas dua golongan besar, yaitu Pohon Daun Lebar
dan Pohon Daun Jarum.
3.2.1.
Pohon Daun Lebar
Ciri-cirinya pohon berdaun lebar
1) Umumnya
bentuk daun lebar
2) Tajuk
besar dan membundar
3) Menggugurkan
daun
4) Pertumbuhan
lambat
5) Umumnya batang tidak lurus dan berbonggol
6) Umumnya
memiliki kayu lebih keras
7) Struktur
lebih lengkap
8) Memiliki
pori-pori.
Sel kayu pohon berdaun lebat
a. Pori
sel pembuluh adalah suatu sel yang berbentuk tabung, saling berhubungan secara
vertikal, berfungsi sebagai pengantara masuknya cairan bahan makanan dari tanah
ke daun. Pada penampang batang kayu pori terlihat berbentuk lubang kecil yang
bisa dilihat dengan mata telanjang.
b. Paresima
adalah sel yang berbentuk seperti batu bata dengan dinding sel yang tipis. Sel
paresima didalam kayu gubal masih hidup sengkan pada kayu teras tidak berfungsi
lagi. Didalam kayu sel paresima membentuk untaian-untaian vertikal.
c. Jari-jari merupakan jaringan-jaringan yang terdiri dari
sel-sel yang bersifat paresima.
3.2.2. Pohon Daun Jarun
Ciri-cirinya pohon berdaun jarun
1. Umumnya
bentuk daun seperti jarum
2. Tajuk
berbentuk
3. Tidak
menggugurkan daun kecuali beberapa jenis pohon saja.
4. Tidak
memiliki pori melankan sel Trakeida, yaitu sel-sel yang ebrbentuk panjang
dengan ujung-ujung meruncing.
5. Struktur
sederhana.
Sel
kayu :
a. Memiliki
Trakeida yang merupakan bagian terbesar dari kayu yang berfungsi untuk
mengangkut bahan makanan.
b. Paresima serupa dengan kayu daun lebar hanya susunannya
lebih sedikit.
c. Kantong damar berada dalam tiap tumbuh, atau antara tiap
tumbuh, beruparongga-rongga berisi zat damar yang padat dan encer.
3.3. Sifat-Sifat Kayu
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon memiliki sifat
yang berbeda-beda. Bahkan kayu berasal dari satu pohon memiliki sifat agak
berbeda jika dibandingkan ujung dan pangkalnya. Dalam hubungan itu maka ada
baiknya jika sifat-sifat kayu tersebut dimaksud adalah yang berhubungan dengan
sifat-sifat anatomi kayu, sifat-sifat fisik. Sifat-sifat mekanik dan
sifat-sifat kimianya.
3.3.1. Sifat-sifat Fisik Kayu
Yang dimaksud dengan sifat-sifat fisik kayu adalah :
a. Berat
Jenis
Berat jenis merupakan petunjuk penting bagi aneka sifat
kayu, oleh karenanya untuk jenis kayu yang berbeda mempunyai berat jenis yang
berbeda pula. Semakin tinggi berat jenis kayu itu, umumnya akan semakin tinggi
kekuatannya dan sebaliknya semakin kecil berat jenis kayu akan berkurang pula
kekuatannya.
Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding
sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari
perbandingan antara berat suatu volume kayu tertentu dengan volume air dari
pada suhu standar. Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat kayu
kering udara dan volume kayu pada posisi kadar air tersebut.
b. Keawetan
Alami Kayu
Yang dimaksud dengan keawetan alami ialah ketahanan kayu
terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu, seperti jamur, rayap, bubuk
dan lain-lain yang diukur dalam jangka waktu tahunan. Keawetan kayu tersebut disebabkan
oleh adanya suatu zat didalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian
unsur racun bagi perusak kayu, misalnya kayu jati memiliki tectoquinon, kayu
ulin memiliki silika, dan lain-lain.
Zat ekstraktif pada kayu mulai terbentuk disaat kayu gubal
berubah menjadi kayu teras. Oleh karena itu kayu teras pada semua jenis umumnya
lebih awet dibandingkan dengan kayu gubalnya, selain itu kayu gubal sel-selnya
masih hidup lebih mudah bagi serangga perusak kayu untuk menembus dan merusak
kayu tersebut.
c. Warna
Kayu
Ada beraneka macam, antara lain warna kuning,
keputih-putihan, coklat muda, ciklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan
lain-lain. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang
berbeda-beda. Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh faktor-faktor: umur
pohon, tempat didalam barang, kelembaban udara.
Kayu teras umumnya memiliki warna yang lebih jelas atau
lebih gelap dari pada warna bagian kayu yang ada disebelah luar kayu teras,
yaitu kayu gubal. Kayu pohon yang lebih tua warnanya lebih gelap dari kayu
pohon yang lebih muda dari jenis yang sama. Kayu yang kering berbeda pula
warnanya dari kayu yang basah, demikian pula kayu yang lama berada diluar dapat
lebih gelap dari pada kayu yang segar dan kering udaranya.
d. Higroskopik
Kayu mempunyai sifat higroskopik, yaitu dapat menyerap
atau melepaskan air bergantung dari kelembaban udara. Kelembaban kayu sangat
dipengaruhi oleh suhu udara pada kondisi tertentu, semakin lembab udara
disekitarnya kan makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan
dengan lingkungannya. Kandungan air pada kayu kondisi tersebut dinamakan
kandungan air kesetimbang (EMC = Equilibrium Moisture Content). Dengan masuknya air ke dalam kayu pada kondisi itu, maka
akan menambah berat kayu.
e. Kekerasan
Pada umumnya terdapat hubungan langsung antara kekerasan
kayu dan berat kayu. Kayu-kayu yang berat, pada umumnya termasuk kayu-kayu yang
keras, sebaliknya kayu yang ringan pada umumnya termasuk kayu yang lunak.
Kekerasan kayu ini dapat ditentukan dengan cara memotong kayu tersebut dalam
arah melintang dan serta menilai kesan adanya perlawanan dari kayu itu tersebut
serta kilapnya bidang potongan yang dihasilkan.
3.3.2. Sifat Mekanik Kayu
Sifat mekanik ialah kemampuan kayu untuk menahan beban
luar yang berupa gaya-gaya di luar benda yang mempunyai kecenderungan mengubah
bentuk dan dimensi benda. Sifat-sifat mekanik ini
adalah :
- Kekuatan tarik
Kekuatan tarik merupakan kekuatan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha menarik kayu, baik ke arah sejajar serat maupun tegak
lurus serat. Kekuatan tarik kayu sejajar serat lebih kuat dari kekuatan tarik
ke arah tegak lurus serat.
- Kekuatan tekan
Kekuatan tekan merupakan kekuatan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha menekan kayu, baik ke arah sejajar serat maupun tegak
lurus serat. Kekuatan tekan kayu sejajar serat lebih kuat dari kekuatan tekan
ke arah tegak lurus serat.
- Kekuatan geser
Yang dimaksud dengan kekuatan geser kayu adalah kekuatan
untuk menahan momen lentur. Terdapat tiga macam kekuatan geser yaitu sejajar
arah serat, tegak lurus arah serat dan geser miring, dinamakan kekuatan geser
yang tegak lurus arah serat mempunyai kekuatan yang paling besar dibandingkan
yang lainnya.
- Kekuatan lentur
Kekuatan lentur ialah kekuatan untuk menahan gaya-gaya
yang mengakibatkan terjadinya momen lentur pada kayu akibat beban yang bekerja.
Dalam hal ini dibebankan menjadi dua yaitu kekuatan lentur statik dan kekuatan
lentur kejut. Kekuatan lentur statik merupakan kekuatan yang dapat menahan
pembebanan secara perlahan-lahan dan kekuatan lentur kejut terhadap pembebanan
yang bersifat mendadak.
- Kekakuan
K ekakuan ialah suatu ukuran kekuatan dalam menahan
perubahan bentuk, yang umumnya dinyatakan dengan istilah modulus elastisitas
(E), sifat kekuatan ini akan mempengaruhi kemampuan kayu sebagai struktur dalam
menahan beban.
- Keuletan
Keuletan kayu dapat diartikan sebagai kemampuan kayu
untuk menerima sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap
kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas
proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan
sebagian. Keuletan kebalikan dari kerapuhan kayu dalam arti bahwa kayu yang
ulet akan patah secara berangsur-angsur dan memberi suara peringatan tentang
kerusakannya. Sifat keuletan ini merupakan faktor yang penting untuk menentukan
kepastian suatu jenis kayu dalam kaitan dengan penggunaan di bagian struktur
tertentu.
- Kekerasan
Yang dimaksud dengan kekerasan kayu adalah suatu ukuran
kekuatan kayu dalam menahan gaya yang membuat dan takik pada kayu, juga dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk menahan abrasi.
3.3.3. Sifat Kimia
Komponen kimia di dalam kayu mempunyai arti yang penting,
karena kan menentukan penggolongan jenis kayu, dimana penggolongan ini akan
menentukan golongan dari kayu tersebut.
Pada umumnya komponen kimia kayu terdiri dari tiga unsur
:
- Unsur
karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselusosa
- Unsur non karbihidrat terdiri dari lignin
- Unsur yang diendapkan dalam kayu selama proses
pertumbuhan (zat ekstraktif).
Distribusi komponen kimia
tersebut dalam dinding sel kayu tidak merata. Kader solulosa dan hemiselulosa
banyak terdapat dalam dinding sekunder, sedangkan lignin banyak terdapat dalam
dinding primer dan zat ekstraktif terdapat di dalam dinding sel kayu.
3.4. Cacat-cacat Kayu
Cacat-cacat kayu perlu
diperhatikan karena sangat berhubungan dengan mutu kayu itu sendiri dimana kayu
yang mempunyai cacat lebih banyak menunjukkan kualitas kayu tersebut lebih
rendah dibandingkan dengan yang memiliki cacat lebih sedikit sebaiknya adanya
cacat-cacat kayu tersebut dihindari agar kestabilan kayu baik dari segi
dimensi, sifat maupun kekuatan atau mutunya dapat dipertahankan.
Adapun beberapa jenis
cacat-cacat kayu yang mempengaruhi mutu kayu dalam penggunaannya sebagai struktur
adalah :
3.4.1. Mata kayu
Mata kayu adalah merupakan
tunas/cabang yang tumbuh pada batang pohon yang utama, dengan adanya
tunas/cabang maka arah serat kayu akan berbentuk spesifik seperti membeloknya
serat batang pohon. Cacat mata kayu tersebut disamping menunjukkan adanya
tunas/cabang menunjukkan pula bahwa kayu tersebut berada pada bagian lebih atas
dari pada yang mempunyai sedikit mata kayu.
Adapun cacat mata kayu dapat
dibedakan sebagai berikut :
a. Cacat mata kayu sehat kecil yang mempunyai diameter
kurang dari 3 mm
b. Cacat mata kayu sehat besar yang mempunyai diameter
lebih dari 3 mm
c. Cacat mata kayu mati atau lepas
d. Cacat mata kayu di samping.
3.4.2. Perubahan bentuk/melengkung
Cacat ini adalah cacat yang terjadi pada kayu baik berupa
balok maupun papan dimana bentuk kayu melengkung terhadap panjang kayu, hal ini
diakibatkan oleh adanya faktor penyusutan kayu atau diakibatkan oleh cara
prabrikasi atau dapat diakibatkan oleh adanya cacat mata kayu di mana dengan
adanya mata kayu maka akan ada pembelokan arah serat kayu.
3.4.3. Pingul
Cacat kayu ini merupakan cacat kayu di mana bagian
permukaan kayu tidak seperti bentuk pada umumnya yaitu persegi, cacat kayu ini
dapat berbentuk pingulang pada ujung persegi atau dapat pula kayu berbentuk
jajaran genjang. Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya pengambilan kayu
tersebut,
Antara lain kayu yang diambil dari bagian luar/gubal atau
akibat dari proses pengerjaannya.
3.4.4. Retak serat (retak tangensial)
cacat retak ini terjadi di sepanjang lingkaran tahun yang
akan mengakibatkan terjadinya pemisahan lingkaran tahun yang satu dengan
lingkaran tahun lainnya.
3.4.5. Serat miring
Termasuk salah satu cacat yang bisa diakibatkan oleh
proses pengerjaan kayu yang salah di mana arah serat kayu tidak searah dengan
panjang balok/kayu tersebut atau diakibatkan merupakan hasil kayu log yang
mempunyai cacat arus atau cacat log pencabangan. Papan atau balok yang
mempunyai serat miring atau tidak terarah sebaiknya dihindarkan pemakaiannya
karena baik mutu kekuatan kayu meupun perubahan dimensi juga dipastikan tidak
menentu. Papn atau balok yang mempunyai cacat ini akan mengakibatkan cacat
bawaan lainnya seperti melengkung atau melintir.
3.4.6. Gubal atau putih kayu
Gubal merupakan bagian dari anatomi kayu yang melindungi
hati dan sangat mudah terpengaruh oleh cuaca luar sehingga dapat mengakibatkan
adanya perubahan bentuk maupun kekuatan dari kayu itu sendiri. Disamping itu
gubal mempunyai sel-sel kayu yang masih hidup dan pori-porinya yang relatif
besar dibandingkan sel inti kayu oleh karena itu apabila terpengaruh oleh cuaca
luar maka penyusutannya akan lebih besar bila dibandingkan dengan inti. Kayu
yang berupa balok atau papan yang merupakan bagian dari gubal kayu maka
kestabilannya terhadap perubahan bentuk maupun kekuatannya tidak dapat
dipertahankan, disamping itu bahan kayu yang merupakan bagian dari gubal akan
lebih mudah terkena serangan rayap.
3.4.7. Mencawan
Cacat ini menyerupai dengan cacat melengkung dimana dalam
cacat ini arah melengkung pada sisi lebar pada kayu yang biasanya terjadi pada
kayu yang berbentuk papan. Cacat ini dapat diakibatkan oleh adanya cacat awal
yaitu seperti bahan kayu yang terbuat dari gubal.
3.4.8. Rongga dalam kayu (Urat kapur)
Merupakan cacat bawaan dari kayu yang berbentuk rongga di
dalamnya dan biasanya di dalam rongga tersebut berisi sat-sat kapur.
3.4.9. Terpilih atau meluntir
Merupakan cacat kayu yang banyak ditemukan pada kayu b
aik berupa papan maupun balok dimana masing-masing sisi tidak berada pada
posisi lurus, hal ini disebabkan karena peristiwa alami yang mengakibatkan
batang pohon tersebut tumbuh terpilih.
3.4.10. Retak tertutup (retak radial)
Retak tertutup adalah cacat kayu yang berupa retak yang
melintang pada lingkaran tahun (lihat gambar 3.)
3.5. Klasifikasi Kayu
Klasifikasi kayu dilakukan atas dasar pertimbangan
kekuatan dan tingkat kekuatan kayu.
3.5.1. Klasifikasi berdasarkan kekuatan kayu
Berdasarkan pertimbangan atas kekuatan kayu yaitu antara
lain, berat, jenis, tegangan lentur mutlak, dan tegangan tekan mutlak, kayu
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Taebl
3.1. Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan Kayu
Kelas
Kuat
|
Berat
jenis
Kering
udara
|
Kekuatan
lentur
Mutlak
(Kg/cm2)
|
Kekuatan tekan
Mutlak (Kg/cm2)
|
I.
|
>
0,9
|
>
1100
|
>
650
|
II.
|
0,90
– 0,60
|
1100
– 725
|
650
– 425
|
III.
|
0,60
– 0,40
|
725
– 500
|
425
– 300
|
IV.
|
0,40
– 0,30
|
500
– 360
|
300
– 215
|
V.
|
<
0,30
|
<
360
|
<
215
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar